Barru merupakan Kabupaten daerah yang punya banyak keragaman, baik itu tentang Budaya, alam, kuliner dan ciri khas pendudukannya. Daerah dengan lintas panjang pantai sekitar 70 km menambah latar belakang penduduk Barru yang merupakan kabupaten yang mempunyai penduduk sebagai nelayan. Aktifitas warga sebagai nelayan mempunyai karakteristik sendiri diantara pekerjaan lainnya, nilai sejarah suku bugis sebagai pelaut merupakan simbol nenek moyang terdahulu yang mengarungi samudera dengan perahu phinisi sebuah kapal kebesaran sulawesi selatan. Tagline “sekali layar berkembang pantang surut kembali” merupakan Simbol keberanian yang dibawa dari tempo dulu yang memberikan nilai sendiri bagi nelayan khususnya yang ada pada kota berjuluk Hibridah ini.
Pagi itu, sekitar pukul 06.00 waktu setempat kami team liputan Barru. como tomar a ivermectina 6mg org mengikuti aktifitas salah satu masyarakat nelayan berada pada wilayah Kampung pesisir Lembae Kelurahan Coppo Kecamatan Barru Bapak tua bernama Pak.Hafid dan Pak.Tapa. karena cuaca yang kurang bersahabat, kami menunggu waktu untuk memperkirakan akankah datang hujan atau tidak, karena suasana pagi itu cukup mendung diarah laut. Akan tetapi ternyata itu tidak lama. Kami pun berangkat dengan suasana riang, karena ini adalah pertama kali bagi kami turun langsung mengikuti aktifitas nelayan di laut. Yang selama ini hanya menikmati ikan yang diperoleh di pasar-pasar. Tapi kali ini beda, kami akan tahu cara mereka mendapatkan ikan untuk konsumsi hampir semua masyarakat Barru.
Di tengah perjalanan, awan hitam kembali menyelimuti suasana pagi itu, kami pun merapat disalah satu tempat persinggahan para nelayan yang biasanya digunakan untuk menentukan arah perjalanan kami nanti. Tempat tersebut adalah Gusunge, Jika ombak meninggi dan terlihat akan hujan tempat itu adalah satu-satunya tempat untuk bisa disinggahi. Gusunge merupakan tumpukan pasir dengan luas hanya sekitar 200san meter dan tinggi dari mulut air laut 3 meter menjadi tempat yang sangat berperan penting bagi nelayan di Barru. Sebab merupakan tempat yang menentukan perjalanan nelayan apakah akan dilanjutkan perjalanan atau menunggu hujan reda lalu kembali, dan juga digunakan sebagai penanda jalur bagi nelayan di sekitaran kota Barru.
Untuk menempuh perjalanan ke tempat mencari ikan , biasanya ditempuh paling cepat 30 menit dan paling lambat sekitar 3 jam, tergantung pemilihan lokasi. Biasanya nelayan berangkat dari rumah mereka sekitar jam 4 shubuh dan kembali kerumah sekitar jam 12 siang. Pagi itu keberuntungan berada pada pihak kami, ikan kakap dan ikan katombo yang cukup besar dengan mudahnya kami pancing waktu itu. Hingga nelayan memutuskan berhenti ditempat tersebut. Ada yang unik ternyata nelayan juga memiliki batas batas tempat pancing yang ditandai dengan pemasangan Bubuk. ivermectin side effects for diabetic patients
Cara memancingnya pun tergolong unik, nelayan Barru masih tetap mempertahankan cara-cara tradisional, salah satu yang kami pakai disebut “meng rawe” alat pancingan dengan nilon yang panjang sekitar 100 meter, biasanya tergantung dari kedalaman laut dan keberadaan ikan. Bahkan uniknya, umpan yang digunakan hanya bulu atau kain berwarna yang digunting kecil. Tidak main-main pagi itu nelayan dalam waktu 10 menit mendapatkan banyak ikan. Bulu atau kain kecil berwarna merupakan cara bagi nelayan untuk menarik perhatian ikan untuk memakan pancingan tersebut.
Pagi itu, nelayan yang kami temani sempat curhat kalau mereka butuh semacam lampu mercusuar untuk digunakan sebagai penanda saat mereka melaut di malam hari. Karena terkadang, mereka salah arah ketika ingin kembali ke rumahnya. Nelayan lembae kadang merapat ke padongko karena tidak adanya penanda bagi mereka. what is ivermectin drug
Laut memang merupakan sumber mata pencaharian bagi nelayan, bahkan sebagai sumber kehidupan bagi masyarakat Barru.
Penulis : Asriadi Rijal
Photo : Muh. Jamal