Kita terkadang pesimis dengan apa yang ada di daerah kita sendiri. Kota seperti Bandung selalu dijadikan refrensi karya industri kreatif. Ternyata anak muda di Kabupaten Barru juga punya tangan kreatif yang jauh lebih bisa diandalkan. Tidak ada kata tidak bisa, hal ini sebagai gambaran dari kerja keras salah satu kelompok pemuda Barru yang gigih berasal dari pelosok desa yang ada di Barru tepatnya di dusun Baera Desa Kamiri kecamatan Balusu. Jarak tempuh dari kota Barru kurang lebih 25 km menuju tempat pembuatan. Salah satu usaha yang ditekuni anak-anak mudanya adalah kerajinan tangan khas lokal daerah khususnya yang ada di Sulawesi selatan, yakni miniatur seperti kapal Phinisi, becak, sepeda, delman dan kaligrafi. Secara keseluruhan, miniatur ini terbuat dari bambu. Dari tangan kreatif mereka karya yang luar biasa ini dapat diwujudkan sehingga menjadi sesuatu hal yang sangat dibanggakan.
Mereka adalah AWO Community. AWO disebut Ana’ Wanua Ogi, AWO ini juga merupakan bahasa bugis dari Bambu, sehingga lahirlah komunitas bambu ini. Awalnya, kumpulan pemuda ini yang diprakarsai oleh saudara Ansar Man selaku tokoh pemuda di dusun Baera dari hasil sharing bersama ketujuh temannya mereka melihat sekitar lingkungan terdapat banyak bambu dan dari hal tersebutlah mereka berinisiatif untuk bisa membuat karya yang bisa diproduksi dari bambu tersebut. Hal ini juga sebagai dorongan agar pemuda yang ada di desa tersebut juga berpenghasilan bahkan mengurangi angka pengangguran.
Awalnya karya yang dihasilkan hanyalah miniatur phinisi bahkan sempat pesimis dengan karya yang dihasilkan. Berkat saling menyemangati antar anggota komunitas yang terbentuk pada tahun 2014 ini. beoutq live stream mereka terus berbenah dan mulailah banyak orderan yang datang. sehingga hal inilah menjadi semangat mereka untuk terus berkarya. Dari tangan kreasi mereka juga mampu membuat miniatur Becak, Delman, sepeda dan kaligrafi dari bambu pula. Bahkan karya mereka merupakan karya satu-satunya yang dibuat dari Bambu. Seperti yang ada di Daerah Bulukumba miniatur phinisi disana terbuat dari Kayu.
Mereka membuat secara otodidak, belajar dan terus belajar. Dalam wawancara kami, Rusman salah satu pendiri usaha ini memaparkan “jika selama pembuatan setiap miniatur dikerjakan secara mandiri itu agar supaya kreasi teman-teman bisa terus berkreasi. Hal tersebut akan berbeda ketika dibuat oleh 2 orang atau lebih. Pembuatan miniatur seperti phinisi bisa dikerjakan hanya sampai dua hari bahkan becak dan lainnya cukup satu hari saja”. Bahan dan alat kerjanya pun sederhana, hanya ada pisau, parang kecil, lem kayu dan gunting.
Sekarang mereka sudah punya galeri penjualan, miniatur phinisi sendiri dipatok harga hanya Rp 200.000, miniatur becak dan sepeda dengan harga Rp 150.000 sudah dilengkapi dengan bingkai kaca. golden axe Produk inipun sudah keluar kedaerah seperti Kota Makassar bahkan dipesan langsung oleh Walikota Makassar. Mereka berharap kedepan pemerintah lebih memberikan perhatian agar karya-karya mereka bisa dipasarkan jauh lebih dari sekarang. Bukan hanya itu, peningkatan kreatifitas juga akan bervariasi lagi seperti pembuatan miniatur Khas Barru sendiri seperti Tugu Payung dan sejenis ciri Barru lainnya.
Mereka pemuda Desa Kamiri telah membuka mata kita sebagai pemuda yang harus selalu berfikir maju, tanpa harus mengandalkan materi sebagai penggerak usaha. Mereka membuktikan jika tindakan jauh lebih penting dari sebuah harapan belaka. Mimpi pemuda dari sejarah yang ada telah terwujudkan bahwa Sumpah pemuda Bukan sekadar diperingati tapi harus diwujudkan.
Penulis : Asriadi Rijal