Pada tahun 2016, merupakan awal tahun berlakunya pasar bebas masuk ke Indonesia. Produk-produk dari negeri tetangga akan merambah ke semua sektor-sektor pasar yang ada di Indonesia. Dengan di berlakukannya MEA atau Masyarakat Ekonomi Asean tentu saja akan menimbulkan efek persaingan usaha di pasaran karena negara maju dan negara berkembang akan lebih bebas memasarkan produknya ke negara kita. Namun MEA sendiri akan menjadi faktor pemacu para pengusaha produksi lokal kita untuk ikut bersaing memasarkan hasil produksi lokal ke luar negeri. Jadi, sama-sama punya kelebihan dan kekurangan. Sisa seberapa besar kita bisa ikut berkontribusi dalam era pasar bebas yang di mulai sejak akhir tahun 2015 lalu. Nach… terkhusus untuk daerah-daerah kecil seperti Kabupaten Barru sendiri ini tengah mengembangkan produksi lokalnya agar dapat menembus persaingan pasar bebas.
Baru-baru ini, tim liputan Barru.Org mengunjungi salah satu rumah produksi lokal kerajinan tangan khas Kabupaten Barru yang masih eksis hingga saat ini. Lokasinya berada di Tampung Cina, Desa Lempang, Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru. Disana tim Barru.Org menjumpai emperan-emperan rumah produksi usaha kerajinan Batu Cobek buatan masyarakat Tampung cina. onecard fawry Batu cobek tersebut memiliki keunikan lain sebab bahannya di ambil dari batu alam kualitas nomor satu yang ada di Tanete riaja dan dikerjakan oleh tangan-tangan kreatif sehingga sangat baik digunakan sebagai pelengkap alat dapur rumah tangga. Meskipun di era modern seperti ini sebagian orang lebih tertarik memakai mesin blender karena proses kerjanya dinilai lebih praktis. Namun untuk batu Cobek tampung cina memiliki kelebihan daya guna yang lebih baik dalam pemanfaatannya. Maka berbekal hal itulah yang membuat para pengrajin cobek tersebut yakin ingin terus mempertahankan produksinya dan mereka berharap dapat memperluas promosinya hingga ke mancanegara.
Saat tim liputan Barru.Org mewawancarai salah satu pengrajin bernama bapak Rahmat. Beliau menuturkan bahwa “Kami optimis produksi kerajinan tangan ini dari batu cobek bakal tetap disukai di kalangan orang-orang.” Pernyataan tersebut terbukti dari sejarah awalnya berdirinya usahanya sampai sekarang, ia masih tetap berproduksi. Dari kesaksiaan beliau mengatakan bahwa sejarah awalnya kerajinan tersebut di perkenalkan oleh orang cina dan lambat laun dilakukan warga pribumi sendiri sebagai generasi penerus. Meskipun awalnya usaha dari bapak Rahmat hanya usaha kecil-kecilan namun berbekal ketekunan beliau hingga sampai saat ini ia sudah mampu memperkerjakan ibu-ibu yang selama ini hanya sebagai ibu rumah tangga sebagai karyawan. روليت لايف “Setidaknya dengan wirausaha seperti ini bisa membantu ekonomi ibu-ibu disini dek” ujar bapak Rahmat. Hebatnya lagi, kini usahanya sudah jadi menjadi salah satu liputan khas kerajinan Indonesia di salah satu siaran tv nasional, tinggal target ke mancanegara yang ingin ia capai.
Model dan ukuran batu cobek buatannya pun sengaja di buat variatif, agar harganya tetap terjangkau oleh konsumen. Biasanya untuk sebuah batu cobek di patok dengan harga kisaran Rp 30.000-Rp 50.000, jadi para konsumen tidak perlu merogoh kocek lebih dalam untuk membeli batu cobeknya. Jika selama ini sebuah produk di promosikan melalui layanan media, beda hal dengan rumah produksi bapak Rahmat, sistem promosinya hanya lewat mulut ke mulut para pembeli yang pernah mampir ketempatnya. ألعاب تربح فلوس حقيقية Keunikan lain di rumah produksinya adalah papan nama usahanya sendiri yang belum ada, sehingga mereka hanya menggunakan nama daerahnya saja untuk sebutan untuk produknya. Perlu sahabat Barru.Org ketahui bahwa Selain memproduksi batu cobek, disana juga memproduksi batu nisan khas tampung cina. Dalam akhir percakapannya bapak Rahmat berharap agar pemerintah dan masyarakat Barru bisa terus mendukung usahanya agar kerajinan buatannya itu bisa sampai ke promosi pasar bebas seperti yang ia cita-citakan selama ini.
Penulis :
Asriadi Rijal