Sejarah melukiskan tentang perjalanan penentu kehidupan saat ini, menjelaskan tentang sebuah perjuangan menjelang kematian sampai terebutnya genggaman kemerdekaan sebagai pengakuan untuk menjalani setiap silsilah nadi kehidupan. Saat itu mereka para pejuang negeri tidak tidur hanya untuk membicarakan dan memikirkan sajak apa yang akan disampaikan penerus sejarah kelak jika saat itu tidak bertahan melawan para penjajah negeri. Sungguh tidak pernah terukur hanya dengan perayaan hari kepahlawanan. Kini penerus sejarah hanya bisa menghapal siapa mereka dan ikut terus menjaga kelestarian jejak-jejak kaki para pejuang masa depan. قانون البوكر
Ada yang menarik dari salah satu cerita sejarah di kabupaten Barru. Baru – baru ini team redaksi Barru.Org didampingi Pak Hermansyah dari Dinas Cagar Budaya Prov. Sulawesi Selatan mengunjungi kompleks Makam Megalitik Sumpang Ralla Kecamatan Tanete Riaja, Kabupaten Barru. لعبة تربح فلوس Megalitik adalah bentuk-bentuk praktik kebudayaan yang dicirikan oleh pelibatan monumen atau struktur yang tersusun dari batu-batu besar sabagai ciri utamanya.
Kompleks makam megalitik ini sendiri menyimpan banyak cerita yang belum diketahui oleh sebahagian orang. Kompleks makam ini merupakan tiga paduan makam dengan tiga cerita yang berbeda.
Di sisi Barat ada makam yang dinamakan Tampung Lebba dimana tidak ada yang tahu berapa jenazah yang dimakamkan disana. Kata Bapak La Toa’ atau disapa Latoanging “dahulu terjadi perkelahian dengan cara baku tikam, dan semua yang meninggal langsung dimakamkan disitu”. Latoanging juga menjelaskan bahwa antara nisan yang tinggi dan pendek itu merupakan perbedaan ilmu dan latar belakang kekuasaan bahkan tahta.
Hanya sepenggal cerita itu yang bisa dibagikan kepada kami. Makam yang berada pada posisi tengah tepat didalam pohon besar merupakan makam orang Bone bernama Amirullah Dg Mamalu. Karena dahulu memang daerah Tanete merupakan daerah Bone sehingga Amirullah atau biasa disebut Dg Mamalu menetap lalu menikah sehingga daerah Tanete ini disebut pula Tanete Riaja Bone. Kemudian Pada Zaman penjajahan Belanda-lah kemudian disebut dengan nama Tanete Barru. Amirullah dg Mamalu melakukan penyebaran agama Islam, karena dahulu masih sangat kental dengan tradisi permintaan doa di tempat-tempat yang dianggap angker. Dahulu di wilayah Tanete orang tidak mengenal nama sistem kerajaan tapi mereka hanya mengenal satu datuk yang menguasai Tanete bahkan dikenal sampai zaman Belanda disebut Petta Latitti. Masa transisilah yang membentuk Tanete Riaja, Tanete Rilau dan Pujananting. Bahkan hanya ada tiga tana tertua ri Tanete yaitu jalanru, Pangi dan Lakale dan ketiganya pun diakui oleh Kerajaan Bone.
Makam yang ada dibagian belakang adalah Sumpang Ralla, makam ini tidak terlalu dijelaskan oleh Bapak Latoanging. Cerita awal makam inipun tidak ada yang tahu karena sebelumnya ada buku dalam tulisan aksara lontara yang menceritakan alur kehidupan orang-orang yang berada pada makam tersebut, tapi kini tulisan itu tidak diketahui keberadaannya”. طاولة بوكر Kata Bapak Latoanging.
Menurutnya kebudayaan makam itu sendiri harus dijaga apapun bentuk dan cara melestarikannya, karena saksi lahirnya Tanete ada pada Makam Megalitikum ini. Pungkasnya.
La ‘toa atau Latoanging adalah saksi hidup tentang Makam Megalitik itu, dialah satu-satunya sumber yang sempat kami temui. Seingatnya “ini adalah pernyataan yang disampaikan oleh orang tuanya terdahulu” kata Bapak La’toa, berarti butuh waktu berabad hingga generasi sekarang lahir. Jika kita saja sebagai penerus hanya melihat tanpa tahu, akan kah kita akan bisa menjawab pertanyaan generasi pelanjut seperti yang kami lakukan terhadap Bapak tua tersebut. Akan kah kelak generasi pelanjut akan ikut melestarikan seperti saat ini ? Itulah pertanyaan yang harusnya menjadi renungan bersama untuk menjaga sejarah, budaya bahkan tradisi zaman dahulu karena kelak kitalah yang akan menjadi sumber. untuk generasi pelanjut.
Penulis : Asriadi Rijal
menarik sekali, diharapkan Pemkab Barru peduli atas segala potensi obyek wisata yg ada di kabupaten Barru, baik melalui promosi maupun pengembangan obyek, menjaga kelestariaanya dan membangun infrastruktur untuk memudahkan akses ke masing2 obyek..
Keren.. saya baru tau padahal dekatji dari rumahku.. maruala..
Just info, makam yg lebih tua dan banyak ada di jalanru.
thx bro